
Portalssi, Sabang : Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh kembali menunjukkan komitmen kuatnya dalam menjaga kedaulatan ekonomi nasional. Lewat kolaborasi strategis dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), BI menggelar Ekspedisi Rupiah Berdaulat (ERB) ke-5 tahun 2025, menyasar lima pulau terdepan, terluar, dan terpencil (3T) di Aceh: Pulau Weh, Pulau Nasi, Pulau Breuh, Pulau Banyak, dan Pulau Simeulue.
Pelepasan resmi tim ekspedisi berlangsung pada Rabu pagi (11/6/2025) di Pangkalan TNI AL (Lanal) Sabang. Upacara berlangsung khidmat dengan kehadiran kapal perang KRI Imam Bonjol-383 sebagai armada pengangkut. Hadir dalam kesempatan tersebut Pj. Wali Kota Sabang Andri Noorman, Komandan Lanal Sabang Kolonel Laut (P) Gita Muharam, Kepala BI Lhokseumawe Prabu Dewanto, Deputi Direktur Departemen Pengelolaan Uang BI Rully Andriana, serta sejumlah pejabat TNI AL dan Forkopimda Sabang.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Aceh, Agus Chusaini, menegaskan bahwa ekspedisi ini bukan sekadar distribusi uang, melainkan simbol nyata kehadiran negara. “Kami ingin memastikan seluruh masyarakat, termasuk di wilayah 3T, dapat mengakses uang Rupiah yang layak edar. Ini adalah bagian dari penguatan ketahanan ekonomi nasional melalui jalur moneter,” ujarnya.
ERB merupakan implementasi dari amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, yang menugaskan Bank Indonesia untuk menjamin ketersediaan uang Rupiah di seluruh pelosok Tanah Air. Dalam konteks geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, sinergi dengan TNI AL menjadi sangat vital untuk menjangkau daerah-daerah yang belum terlayani secara optimal.
Sejak 2012 hingga 2024, BI bersama TNI AL telah menyelenggarakan 132 kegiatan Kas Keliling 3T yang berhasil menjangkau lebih dari 680 pulau terpencil. Agus menyebut, kehadiran uang Rupiah di setiap jengkal wilayah Indonesia adalah bentuk bela negara tanpa senjata.
Lebih dari sekadar membawa uang, tim ERB juga mengemban misi edukasi. Lewat program Cinta, Bangga, Paham (CBP) Rupiah, masyarakat diajak memahami pentingnya merawat uang sebagai lambang persatuan bangsa — tidak melipat, mencoret, ataupun merusaknya.
“Masih banyak tantangan, termasuk peredaran mata uang asing di kawasan perbatasan. Karena itu, edukasi menjadi krusial. Kami tidak hanya membawa uang, tetapi juga membawa pengetahuan tentang peran strategis Rupiah sebagai simbol kedaulatan,” tambah Agus.
Melalui tiga misi utama — memperkuat eksistensi Rupiah, memperluas akses keuangan, dan menjaga stabilitas ekonomi lokal — kegiatan ini diharapkan dapat mempererat integrasi sosial dan ekonomi nasional. BI juga menyampaikan apresiasi kepada TNI AL, pemerintah daerah, dan seluruh pihak yang turut menyukseskan misi tersebut.
Ke depan, ekspedisi serupa dijadwalkan berlanjut ke wilayah timur Indonesia. Dengan semangat sinergi dan pengabdian, Bank Indonesia memastikan Rupiah terus hadir, dari Sabang sampai Merauke, sebagai lambang negara yang tidak tergantikan.(**)